KEJARKASUS.COM Gresik, Makin kacauya dunia pendidikan Kabupaten Gresik era Kadis Hariyanto dan Bupati Fandi Ahmad Yani sangat dirasakan saat ini, banyak pihak yang mempersoalkan situasi dunia pendidikan di Kabupaten Gresik yang kian Amburadul, selain makin marak pungli, jual beli buku LKS dan berbagai pungutan lainnya, Kasus kekerasan terhadap siswa terus terjadi, padahal kita tahu kabupaten Gresik baru saja menjadi sorotan Nasional Terkait kasus siswi yang matanya ditusuk lidi pentol di lingkungan sekolah menganti.
Terbaru, Kasus kekerasan terhadap siswa yang terjadi di UPT SMPN 9 Gresik (SMPN 1 Balongpanggang) saat makin memanas, selain orang tua korban yang masih tidak Terima anaknya dianiaya oleh guru, beberapa aktivis mengancam akan menggelar Demo besar-besaran di Pemkab apabila Bupati tidak tegas terhadap tindakan semena-mena tersebut.
Informasi diperoleh, AH guru PJOK UPT SMPN 9 Gresik pelaku pemukulan dan kekerasan fisik terhadap MRAP siswa kelas IXB SMPN 9 Gresik telah melakukan tekanan mental terhadap korban pasca mediasi, Aktivis pun menuntut pihak sekolah harus menyerahkan pelaku dan menjadikan tersangka serta diproses hukum.
Akibatnya, Aini siswa kelas IXB yang mendapatkan tekanan mental dan korban bully yang dilakukan oleh guru tersebut berusaha melakukan aksi bunuh diri.
“Sepulang dari sekolah pada, rabu (1/11/2023) menangis dan mengalami depresi dan sempat akan melakukan bunuh diri, untung saja aksi aini dapat digagalkan oleh ibunya”, tutur Kuswandi kepada awak media ini. (Jum’at,3/11/2023).
Tidak Terima anaknya dianiaya, Orang tua korban, Kuswandi, Selasa (02/11/2023) mendatangi sekolah didampingi Ketua Umum DPP LSM Investigasi Luar biasa hukum dan HAM Nusantara dan beberapa awak media.
“Kedatangan orangtua aini mendapat sambutan yang sangat mengecewakan dari sekolah, sampai terjadi adu mulut antara pihak sekolah dengan lsm dan media”, tutur Charif Anam saat ditanya tentang hasil pertemuan dengan pihak sekolah.
Situasi ricuh pun terjadi, bahkan ada siswa yang pingsan akibat ulah sekolah yang melindungi pelaku sekaligus tersangka tindak pemukulan tersebut, Anehnya pihak sekolah malah menuding Orang tua korban dan awak media sebagai penyebab kericuhan.
“Rombongan LSM dan Media adalah penyebab kegaduhan di sekolah”, Syaiful selaku humas sekolah SMPN 9 Gresik.
Perdebatan sengit antara orang tua dan pihak sekolah akhirnya ditengahi oleh Babinsa dan Babinkamtibmas balongpanggang.
Sampai berita ini ditayangkan, Kepala sekolah UPT SMPN 9 Gresik, Anam Widodo dituding pengecut tidak punya tanggung jawab karena sengaja menghindar dari awak media termasuk saat mediasi, Anam Widodo tidak menunjukkan barang hidungnya.
“Anam widodo selaku kepala sekolah ditemui beberapa kali tidak bisa dan selalu ada saja alasan menghindar”, tutur orang tua dan beberapa awak media.
Dirasa sudah keterlaluan dan penuh Rekayasa, Kasus kekerasan ini akan segera diadukan oleh LSM ke DPRD Gresik, Kementerian pendidikan, Polda jatim bahkan ke Presiden Joko Widodo.
Hal ini dilakukan karena pihak sekolah tidak memberikan sanksi kepada guru yang melakukan pemukulan terhadap siswa dan tekanan mental di sekolah tersebut.
“Justru semua guru bersatu dan bersama-sama menutupi kebobrokannya dengan cara intimidasi kepada siswa, hal tersebut merupakan pendidikan yang tidak benar”. Ucap ketua LSM Ilham Nusantara.
Peran kepolisian pun dipertanyakan, saat menerima aduan dari LSM, hanya jawaban singkat dari Kapolsek Balongpanggang yang mengaku akan turun melihat kasus ini.
“Kami akan cek ke lapangan," Singkat Kapolsek Balongpanggang AKP Zainuddin. Jum’at, (3/11/2023).
Kepala dinas pendidikan kabupaten Gresik, Hariyanto terkesan 'masa bodo' saat hendak dikonfirmasi awak media, dihubungi melalui pesan singkat whatsapp beberapa kali, Hariyanto tidak membalas.
Terpisah, Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim Anwar Sholihin pun angkat bicara, dirinya menilai aksi kekerasan dan eksploitasi tidak bisa dibiarkan di sekolah.
”Sebab, sekolah merupakan salah satu tempat bagi anak untuk tumbuh dan berkembang selain di keluarga dan di tempat mereka bermain,” katanya.
LPA Jatim menyayangkan masih saja ada aksi kekerasan di sekolah, walaupun Gresik tidak pernah mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) sebagai Kota Layak Anak sampai ditingkat utama.
Menurutnya, untuk saat ini, jika tidak ada upaya-upaya untuk memeperbaikinya dan mencegahnya bisa saja Gresik diturunkan levelnya.[redho]
Posting Komentar