Pria asal Surabaya itu sebelumnya diamankan Unit Reskrim Polsek Sukolilo terkait dugaan kasus narkoba. Namun beredar kabar bahwa AI bebas setelah memberikan uang Rp30 juta kepada penyidik.
Kanit Reskrim Polsek Sukolilo, Ipda Aan Dwi Satrio Yudho menyebut bahwa AI dipulangkan karena penyidik tidak memiliki alat bukti yang cukup. Hasil tes urine-nya pun negatif.
“Jadi kami bekerja sudah sesuai dengan SOP dan amanat undang-undang. Memang terduga pelaku tidak bersalah, ya harus dibebaskan. Masak tidak ada bukti lalu kami tahan? Kan tidak masuk akal,” ungkap Aan via telepon, Jumat (28/6/2024).
Aan menjelaskan bahwa AI memang sempat menginap di Polsek Sukolilo dan diperiksa selama sehari semalam. Dia lalu dipulangkan pada hari kedua. Hal itu sudah tercantum di dalam Pasal 76 UU Narkotika Nomor 35 Tahun 2009.
“Dalam pasal 76 (1) UU Narkotika Nomor 35 Tahun 2009 itu upaya penangkapan dilakukan paling lama 3 kali 24 jam. Lalu pada pasal kedua berbunyi penangkapan bisa diperpanjang kembali hingga 3×24 jam. Berarti kan tidak ada yang kami langgar dalam penanganan kasusnya,” bebernya.
Atas adanya informasi bahwa AI bebas setelah membayar uang Rp30 juta, Aan mempersilahkan untuk langsung mengonfirmasi kepada keluarga atau AI. Ia memastikan tidak ada pemberian upeti atas bebasnya AI.
“Gak ada itu pemberian upeti. Memang alat buktinya kurang,” imbuhnya.
Saat dikonfirmasi terpisah, AI membenarkan sempat diamankan petugas pada Sabtu (22/6/2024) pagi. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan dan tes urine, ia tak terbukti terlibat maupun menggunakan narkotika.
“Hasil tes urine saya negatif lalu juga gak ada bukti. Saya bebas bukan karena tebusan, tapi memang saya tidak bersalah,” ungkap AI didampingi kuasa hukumnya.
Dalam penangkapan itu, AI juga sudah didampingi seorang pengacara yang kebetulan sudah dikenalnya akrab. AI tegas mengatakan bila informasi pemberian uang Rp30 juta untuk pembebasan ialah hoaks.
“Saya aja gak kasih uang ke pengacara saya, apalagi ke polisi. Itu (pemberian uang Rp30 juta ke polisi) kabar bohong semuanya. Saya merasa dirugikan atas informasi itu,” tegasnya.
Sementara Kuasa Hukum AI, Firman menjelaskan bahwa kliennya dahulu memang pernah mengonsumsi narkoba. Namun kliennya sudah berhenti sejak lama.
Dia mengakui bahwa petugas kepolisian sempat membawa botol, pipet dan sedotan untuk menjerat AI. Namun, sejumlah alat yang ditemukan polisi itu merupakan alat lama. AI sendiri sudah lupa dengan keberadaan barang-barang itu.
“Saudara AI pernah mengonsumsi narkotika untuk diri sendiri. Namun itu sudah lama dia berhenti sekitar dua sampai empat bulan lalu karena bertaubat. Kemarin waktu diamankan, (hasil) urinenya di klinik Bhayangkara juga negatif,” bebernya.
Dia mengatakan bahwa AI bisa bebas karena Penyidik Polsek Sukolilo tidak menemukan dua alat bukti yang cukup untuk membuat perkara tersebut sempurna dinaikkan dari proses penyelidikan ke penyidikan.
Hal itu sesuai dengan Pasal 109 (2) KUHAP bagian kedua yang berbunyi “dalam hal penyidik menghentikan penyidikan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau penyidikan dihentikan demi hukum”.
“Kami justru mengapresiasi petugas Polsek Sukolilo karena telah melaksanakan amanat undang-undang. Jadi tidak ada itu kita kasih upeti ke polisi. Klien saya bebas karena alat buktinya kurang,” pungkasnya ( Red)
Posting Komentar